Cerpen
Singkat adalah cerita pendek yang sangat populer di kalangan remaja dan
anak-anak. Cerita jenis cerpen ini pun banyak yang diangkat dari
kisah-kisah nyata dalam kehidupan, maupun juga ada cerita yang merupakan
hasil karangan belaka.
Akan
tetapi, cerpen dengan cerita yang sangat singkat ini juga memiliki
unsur-unsur intrinsik didalamnya. Unsur intrinsik ini dapat dikaji untuk
memahami lebih jauh maksud dan arti di balik suatu cerita.
Beberapa contoh unsur intrinsik
yang perlu diperhatikan dari suatu cerita antara lain adalah tema
cerita, amanat, alur cerita, latar atau setting, penokohan, dan sudut
pandang. Berikut ini salah stu contoh cerpen.
Salah Siapa?
Sudah lama Marni tidak bertemu
sahabatnya Wati.Semenjak tamat dari SMA mereka jarang sekali bertemu. Hari ini
Dia mengajak sahabatnya itu pergi berbelanja,kegiatan yang paling disukai para
wanita,terutama ibu-ibu. Mereka berbelanja di Mall terbesar di kota, melepaskan
rindu dengan cara berbelanja memang cara yang tepat dan menyenangkan. Setelah
lelah berbelanja, mereka memutuskan untuk makan di kaki lima dekat Mall.
Selagi menunggu pesanan datang,
mereka bercengkrama,berbagi pengalaman,dan bernostalgia. Wati melihat anak
remaja yang duduk-duduk di Taman yang berada di hadapan mereka,sibuk dengan
gadget masing-masing tanpa peduli dengan sekitar mereka
“Anak sekarang beda ya dengan kita dulu,Mar”, gumam Wati memulai pertanyaan
“ Emangnya kenapa?”
“Anak sekarang tu susah diatur,gak mau dinasehati,tidak
sopan, keras kepala deh pokoknya”,Wati menjelaskan dengan ekspresi dan nada
suara kesal.
“Jangan berfikir begitu,tidak semua anak yang seperti
itu”,jawab Marni dengan sabar
“Tapi memang setiap anak yang ku temui sifatnya
begitu,dari keponaanku,anak tetanggaku, dan anak-anak yang ku temui di jalan
semuanya begitu”,jelas Wati.
Pesanan mereka datang, Marni hanya diam, tidak ingin
membalas penjelasan Wati, karena tidak sopan rasanya bila berbicara sambil
makan,tetapi Wati tidak bisa diam begitu saja. Dia terus berbicara,tapi tidak
ditanggapi Marni. Setelah selesai makan Marni mengajak Wati ke Kantornya. Marni
bekerja sebagai psikolog itu sebabnya Dia lebih sabar dan bijaksana daripada
Wati. Sesampainya di ruangan Marni. Mereka kembali membicarakan masalah tadi,
Marni memulai percakapan.
“Wat,kamu tau kenapa aku tidak menanggapimu sewaktu
makan tadi?”.
“Ya, karna kamu memang begitu, menyebalkan.Emang kenapa
sih?”.
“Karena kalau aku melakukanya berarti aku sama seperti
anak-anak yang kamu jelekan tadi”,jawab Marni.
Wati binggung dengan penjelasan sahabatnya itu.
“Jadi,maksud kamu aku sama seperti mereka? maksud kamu
apa berkata begitu?”.
“Aku hanya ingin mengatakan kalau anak-anak tidak bisa
disalahkan”
“Maksudnya?”, Wati mulai luluh dan penasaaran dengan
penjeasan sahabatnya itu.
Marni menghela nafas,berhenti sejenak memikirkan
kata-kata yang akan dikeluarkannya agar sahabatnya mengerti maksud
pembicaraannya. Dia tidak ingin sahabatnya salah paham lagi seperti sebelumnya.
Sebaik mungkin Marni menjelaskan,berharap sahabatnya memahami.
“Banyak orang tua yang menuntut
anaknya untuk menjadi yang terbaik,sementara mereka tidak melakukan hal itu. Seharusnya
orang tua mengajarkan anak dengan cara yang anak mengerti bukan cara yang
diinginkan orang tua. Banyak anak yang tertekan karena kondisi orang tua
mereka,padahal belum waktunya anak mengerti kondisi tersebut,tetapi mereka
dipaksa untuk mengerti”,Marni menyampaikan argumennya
“Kamu masih seperti dulu, Mar. Sulit
dipahami,pemikiran kamu selalu beda dari yang lain, bahkan cenderung menentang .
Aku sendiri,sahabatmu,sulit memahami pemikiranmu yang luas itu”.
“Aku bukannya ingin menentang,tetapi
hanya ingin meluruskan budaya yang sudah mendarah daging dimasyarakat kita.
Masyarakat selalu mengucilkan anak yang orang tuanya melakukan pelanggaran Norma
agama,adat maupun norma hukum sehingga anak-anak mengalami ganguan secara
mental dan psikis. Padahal anak-anak itu tidak mengerti sama sekali ”, Marni
menjelaskan dengan tegas, dengan nada suara sedikit meninggi.
Memang sulit memahami Marni yang
berfikir logis dan luas. Orang biasa
tidak akan bisa memahami,mereka berfikir Marni terlalu rumit dan cenderung
mengada-ngada. Wati yang berfikir sama seperti masyarakat kebanyakan, kembali
meyakinkan Marni.
“Akan sangat sulit mengubah kebiasaan masyarakat, apalagi
merubah pola pikir mereka, mereka mungkin memahami apa yang kamu maksud ,tapi
belum tentu akan menerapkannya”
“Aku mengerti,itu sebabnya aku menjelaskan hal ini
kepadamu agar kelak disaat kita menjadi orang tua,kita bisa lebih memahami
kondisi anak-anak kita. Kita tidak bisa memaksa orang lain menjadi benar,tapi
kita bisa menunjukkan kepada mereka cara yang benar..Menjadi sahabat bagi anak,
akan membuat anak merasa terlindungi,nyaman,dan bahagia menjalani
hari-harinya”.
“InsyaAllah,aku
bisa menjadi orang tua seperti itu,aku bangga punya sahabat yang memiliki
pemikiran hebat sepertimu”.
Wati akhirnya mengerti maksud sahabatnya, Dia mulai
memahami pemikiran Marni. Marni memang unik, Dia orang hebat yang berani
mengubah kebiasaan demi kebenaran, yang berani memperjuangkan keadilan demi
sebuah kedamaian,dan yang berani memperjuangkan kasih sayang demi sebuah
senyuman.
terimakasih untuk informasinya.
ReplyDeleteIya sama2
Delete