Kembangkan Kreatifitasmu !!!

Tuesday, July 31, 2018

Tugas Cerita Pendek

Cerpen Singkat adalah cerita pendek yang sangat populer di kalangan remaja dan anak-anak. Cerita jenis cerpen ini pun banyak yang diangkat dari kisah-kisah nyata dalam kehidupan, maupun juga ada cerita yang merupakan hasil karangan belaka.
Akan tetapi, cerpen dengan cerita yang sangat singkat ini juga memiliki unsur-unsur intrinsik didalamnya. Unsur intrinsik ini dapat dikaji untuk memahami lebih jauh maksud dan arti di balik suatu cerita.
Beberapa contoh unsur intrinsik yang perlu diperhatikan dari suatu cerita antara lain adalah tema cerita, amanat, alur cerita, latar atau setting, penokohan, dan sudut pandang. Berikut ini salah stu contoh cerpen.

Salah Siapa?
                                                  
             
            Sudah lama Marni tidak bertemu sahabatnya Wati.Semenjak tamat dari SMA mereka jarang sekali bertemu. Hari ini Dia mengajak sahabatnya itu pergi berbelanja,kegiatan yang paling disukai para wanita,terutama ibu-ibu. Mereka berbelanja di Mall terbesar di kota, melepaskan rindu dengan cara berbelanja memang cara yang tepat dan menyenangkan. Setelah lelah berbelanja, mereka memutuskan untuk makan di kaki lima dekat Mall.
            Selagi menunggu pesanan datang, mereka bercengkrama,berbagi pengalaman,dan bernostalgia. Wati melihat anak remaja yang duduk-duduk di Taman yang berada di hadapan mereka,sibuk dengan gadget masing-masing tanpa peduli dengan sekitar mereka
“Anak sekarang beda ya dengan kita dulu,Mar”,  gumam Wati memulai pertanyaan
“ Emangnya kenapa?”
“Anak sekarang tu susah diatur,gak mau dinasehati,tidak sopan, keras kepala deh pokoknya”,Wati menjelaskan dengan ekspresi dan nada suara kesal.
“Jangan berfikir begitu,tidak semua anak yang seperti itu”,jawab Marni dengan sabar
“Tapi memang setiap anak yang ku temui sifatnya begitu,dari keponaanku,anak tetanggaku, dan anak-anak yang ku temui di jalan semuanya begitu”,jelas Wati.
Pesanan mereka datang, Marni hanya diam, tidak ingin membalas penjelasan Wati, karena tidak sopan rasanya bila berbicara sambil makan,tetapi Wati tidak bisa diam begitu saja. Dia terus berbicara,tapi tidak ditanggapi Marni. Setelah selesai makan Marni mengajak Wati ke Kantornya. Marni bekerja sebagai psikolog itu sebabnya Dia lebih sabar dan bijaksana daripada Wati. Sesampainya di ruangan Marni. Mereka kembali membicarakan masalah tadi, Marni memulai percakapan.
“Wat,kamu tau kenapa aku tidak menanggapimu sewaktu makan tadi?”.
“Ya, karna kamu memang begitu, menyebalkan.Emang kenapa sih?”.
“Karena kalau aku melakukanya berarti aku sama seperti anak-anak yang kamu jelekan tadi”,jawab Marni.
Wati binggung dengan penjelasan sahabatnya itu.
“Jadi,maksud kamu aku sama seperti mereka? maksud kamu apa berkata begitu?”.
“Aku hanya ingin mengatakan kalau anak-anak tidak bisa disalahkan”
“Maksudnya?”, Wati mulai luluh dan penasaaran dengan penjeasan sahabatnya itu.
Marni menghela nafas,berhenti sejenak memikirkan kata-kata yang akan dikeluarkannya agar sahabatnya mengerti maksud pembicaraannya. Dia tidak ingin sahabatnya salah paham lagi seperti sebelumnya. Sebaik mungkin Marni menjelaskan,berharap sahabatnya memahami.
            “Banyak orang tua yang menuntut anaknya untuk menjadi yang terbaik,sementara mereka tidak melakukan hal itu. Seharusnya orang tua mengajarkan anak dengan cara yang anak mengerti bukan cara yang diinginkan orang tua. Banyak anak yang tertekan karena kondisi orang tua mereka,padahal belum waktunya anak mengerti kondisi tersebut,tetapi mereka dipaksa untuk mengerti”,Marni menyampaikan argumennya
“Kamu masih seperti dulu, Mar. Sulit dipahami,pemikiran kamu selalu beda dari yang lain, bahkan cenderung menentang . Aku sendiri,sahabatmu,sulit memahami pemikiranmu yang luas itu”.

            “Aku bukannya ingin menentang,tetapi hanya ingin meluruskan budaya yang sudah mendarah daging dimasyarakat kita. Masyarakat selalu mengucilkan anak yang orang tuanya melakukan pelanggaran Norma agama,adat maupun norma hukum sehingga anak-anak mengalami ganguan secara mental dan psikis. Padahal anak-anak itu tidak mengerti sama sekali ”, Marni menjelaskan dengan tegas, dengan nada suara sedikit meninggi.
            Memang sulit memahami Marni yang berfikir  logis dan luas. Orang biasa tidak akan bisa memahami,mereka berfikir Marni terlalu rumit dan cenderung mengada-ngada. Wati yang berfikir sama seperti masyarakat kebanyakan, kembali meyakinkan Marni.
“Akan sangat sulit mengubah kebiasaan masyarakat, apalagi merubah pola pikir mereka, mereka mungkin memahami apa yang kamu maksud ,tapi belum tentu akan menerapkannya”
“Aku mengerti,itu sebabnya aku menjelaskan hal ini kepadamu agar kelak disaat kita menjadi orang tua,kita bisa lebih memahami kondisi anak-anak kita. Kita tidak bisa memaksa orang lain menjadi benar,tapi kita bisa menunjukkan kepada mereka cara yang benar..Menjadi sahabat bagi anak, akan membuat anak merasa terlindungi,nyaman,dan bahagia menjalani hari-harinya”.
 “InsyaAllah,aku bisa menjadi orang tua seperti itu,aku bangga punya sahabat yang memiliki pemikiran hebat sepertimu”.
Wati akhirnya mengerti maksud sahabatnya, Dia mulai memahami pemikiran Marni. Marni memang unik, Dia orang hebat yang berani mengubah kebiasaan demi kebenaran, yang berani memperjuangkan keadilan demi sebuah kedamaian,dan yang berani memperjuangkan kasih sayang demi sebuah senyuman.

Share:

2 comments:

Arsip

Definition List

header ads

Unordered List

Support